Al Aqsha atau Dome of The Rock???

Sabtu, 21 Februari 2009

the dome of the rock

Awal melihatnya, mungkin kita akan menyangka bahwa inilah masjid Al Aqsha. Masjid yang memiliki nilai sejarah yang begitu luar biasa ketika Rasulullaah Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam melakukan Isra Mi’raj. Namun sayang, ternyata banyak media yang sengaja (maaf) membodohi umat muslim agar mereka tak mengenali manakah yang sesungguhnya masjid Al Aqsha, agar mereka menyangka bahwa masjid Al Shakhrah مسجد قبة الصخرة (The Dome of The Rock) adalah masjid Al Aqsha yang masih berdiri kokoh.

al-aqsa

Inilah masjid Al Aqsha (المسجد الاقص)yang sesungguhnya. Hingga saat ini Zionis Yahudi membut terowongan-terowongan di dasar masjid Al Aqsha. Mereka bersembunyi dalam alasan hanya mencari sisa-sisa peninggalan sejarah mereka. Namun sayang, ternyata alasan yg sesungguhnya adalah agar masjid Al Aqsha segera roboh. Zionis yahudi mengklaim bahwa masjid Al Aqsha adalah bekas bangunan kuil Sulaiman yang kini tinggal bersisa sebuah dinding batu memanjang (tembok ratapan). Dan Alhamdulillah, Allah Ta’ala mengabarkan kepada saya dan teman2 (DKM khususnya) melalui kang Eko (Ust. Guntur Eko Waluyo) bahwa Zionis tengah membangun Al Aqsha yang palsu. Astaghfirullaah Aladziim.. Wallahu ‘Alam Bishawab.. Dengan berita ini, insya Allah ilmu kita bertambah dan semakin besar kesempatan kita untuk mengetahui bagaimanakah keadaan masjid Al Aqsha saat ini agar kita bisa mendokan dan berusaha untuk mengabarkannya kepada saudara-saudara kita yang belum mengetahuinya..


mohon maaf bila ada khilaf. saya sangat mengharapkan masukan dari teman2 semua. insya Allah blog ini bisa jadi media sharing ilmu agar ilmu kita semakin bertambah luas, dan mudah2an semakin mendekatkan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. amiin..



THE DOME OF THE ROCK (AL SHAKHRAH MOSQUE)

dome_of_the_rockdome_of_rock_aerial_tb_n031900b4domeofrockext1

AL AQSHA MOSQUE

al-aqsa2al-aqsa_mosque2the-real-masjid-al-aqsa


[lirik] Sang Murabbi - by: Izzatul Islam

Ribuan langkah kau tapaki
Pelosok negri kau sambangi
Ribuan langkah kau tapaki
Pelosok negri kau sambangi

Tanpa kenal lelah jemu
Sampaikan firman Tuhanmu
Tanpa kenal lelah jemu
Sampaikan firman Tuhanmu

Terik matahari
Tak surutkan langkahmu
Deru hujan badai
Tak lunturkan azzammu

Raga kan terluka
Tak jerikan nyalimu
Fatamorgana dunia
Tak silaukan pandangmu

Semua makhluk bertasbih
Panjatkan ampun bagimu
Semua makhluk berdoa
Limpahkan rahmat atasmu

Duhai pewaris nabi
Duka fana tak berarti
Surga kekal dan abadi
Balasan ikhlas di hati

Cerah hati kami
Kau semai nilai nan suci
Tegak panji Illahi
Bangkit generasi Robbani..


-----------------------------------------------------------------------------------------------------------

komentar saya: Subhanallaah.. ini lagu yang paling saya rindukan ketika futur dan merasa jenuh. benar2 menggugah, terlebih mengingat perjuangan para mujahid da'wah yang telah berjuang demi Islam karna Allah Subhanahu wa Ta'ala. Rasanya ingin sekali bisa seperti mereka.. ingin memiliki semangat da'wah dan kesabaran seperti Rasulullaah Shallallaahu 'Alaihi wa Sallam.. walau memang rasanya untuk mengejar teman2 saja masih jauh /:) tapi mudah2an Allah Ta'ala senantiasa membimbing saya agar bisa menjadi seperti mereka, sama2 berjuang karna Allah Subhanahu wa Ta'ala. insya Allah, mulai dari perbaikan diri dulu.. semoga tidak terlambat.. amiin..



[cerpen] SYAHID

Jumat, 20 Februari 2009

Barangsiapa yg mengharapkan mati syahid dgn sepenuh hati, maka ALLAH akan memberikan mati syahid kepadanya meskipun ia mati ditempat tidur (hadis).

Dunia hanya satu terminal dari seluruh fase kehidupan. Hanya Allah yang tahu rentang usia seorang manusia. Saya, Khadijah sebut saja demikian, menikah dengan Muhammad, 3 Oktober 1993. Muhammad adalah kakak kelas saya di IPB. Selama menikah, suami sering mngingatkan saya tentang kematian, tentang syurga, tentang syahid, dan sebagainya. Setiap kami bicara tentang sesuatu, ujung2nya bicara tentang kematian dan indahnya syurga itu bagaimana. Kalau kita bicara soal nikmatnya materi, suami mengaitkannya dengan kenikmatan syurga yang lebih indah. Bahkan, berulang-ulang dia mengatakan, nanti kita ketemu lagi di syurga. Itu mempunyai makna yg dalam bagi saya.

Hari itu, 16 Januari 1996, kami ke rumah orang tua di Jakarta. Seolah suami mengembalikan saya kepada orang tua. Malam itu juga, suami saya mengatakan harus kembali ke Bogor, karena harus mengisi diklat besok paginya. Menurutnya, kalau berangkat pagi dari Jakarta khawatir terlambat.

Mendekati jam 12 malam, saya bangun dari tidur, perut saya sakit, keringat dingin mengucur, rasanya ingin muntah. Saya bilang pada ibu saya, untuk diobati. Saya kira maag saya kambuh. Saya sempat berpikir suami saya di sana sudah istirahat, sudah senang, sudah sampai karena berangkat sejak maghrib. Saya juga berharap kalau ada suami saya mungkin saya dipijitin atau bagimana. Tapi rupanya pada saat itulah terjadi peristiwa tragis menimpa suami saya.

Jam tiga malam, saya terbangun. Kemudian saya shalat. Entah kenapa, meskipun badan kurang sehat, saya ingin ngaji. Lama sekali saya menghabiskan lembar demi lembar mushaf kecil saya. Waktu shubuh rasanya lama sekali. Badan saya sangat lelah dan akhirnya tertidur hingga subuh.

Pagi harinya, saya mendapat berita dari seorang akhwat di Jakarta, bahwa suami saya dalam kondisi kritis. Karena angkutan yang ditumpanginya hancur ditabrak truk tronton di jalan raya Parung. Sebenarnya waktu itu suami saya sudah meninggal. Mungkin sengaja beritanya dibuat begitu biar saya tidak kaget. Namun tak lama kemudian, ada seorang teman di Jakarta yang memberitahukan bahwa beliau sudah meninggal. Inna lillahi wainna ilaihi rajiun.

Entah kenapa, mendengar berita itu hati saya tetap tegar. Saya sendiri tidak menyangka bisa setegar itu. Saya berusaha membangun keyakinan bahwa suami saya mati syahid. Saya bisa menasihati keluarga dan langsung ke Bogor. Di sana, suami saya sudah dikafani. Sambil menangis saya
menasihati ibu, bahwa dia bukan milik kita. Kita semua bukan milik kita sendiri tapi milik ALLAH.

Alhamdulillah ALLAH memberi kekuatan. Kepada orang2 yang bertakziah waktu itu, saya mengatakan : "Doakan dia supaya syahid.. doakan dia supaya syahid". Sekali lagi ketabahan saya waktu itu semata datang dari ALLAH, kalau tidak, mungkin saya sudah pingsan.

Seperti tuntunan Islam, segala hutang orang yang meninggal harus ditunaikan. Meski tidak ada catatannya, tapi tanpa disadari, saya ingat sekali hutang2 suami. Saya memang sering bercanda sama suami, "Mas kalau ada hutang, catat. Nanti kalau Mas meninggal duluan saya tahu saya harus bayar
berapa." Canda itu memang sering muncul ketika kami bicara masalah kematian. Sampai saya pernah bilang pada suami saya, "kalau mas meninggal duluan, saya yang mandiin. Kalau mas meninggal duluan, saya kembali lagi ke ummi, jadi anaknya lagi." Semua itu akhirnya menjadi kenyataan.

Beberapa hari setelah musibah itu, saya harus kembali ke rumah kontrakan di Bogor untuk mengurus surat2. Saat saya buka pintunya, tercium bau harum sekali. Hampir seluruh ruangan rumah itu wangi. Saya sempat periksa barangkali sumber wangi itu ada pada buah-buahan, atau yang lainnya. Tapi tidak ada. Ruangan yg tercium paling wangi, tempat tidur suami dan tempat yg biasa ia gunakan bekerja.

Beberapa waktu kemudian, dalam tidur, saya bermimpi bersalaman dengan dia. Saya cium tangannya. Saat itu dia mendoakan saya: "Zawadakillahu taqwa waghafara dzanbaki, wa yassara laki haitsu ma kunti" (Semoga Allah menambah ketakwaan padamu, mengampuni dosamu, dan mempermudah segala urusanmu di mana saja). Sambil menangis, saya balas doa itu dengan doa serupa.

Semasa suami masih hidup, doa itu memang biasa kami ucapkan ketika kami akan berpisah. Saya biasa mencium tangan suami bila ia ingin keluar rumah. Ketika kami saling mengingatkan, kami juga saling mendoakan. Banyak doa-doa yang diajarkan suami saya. Ketika saya sakit, suami saya menulis doa di white board Sampai sekarang saya selalu baca doa itu. Anak saya juga hafal. Saya banyak belajar darinya. Dia guru saya yang paling baik. Dia juga bisa menjelaskan bagaimana indahnya syurga. Bagaimana indahnya syahid.

Waktu saya wisuda, 13 Januari 1996 saya sempat bertanya pada suami, "Mas nanti saya kerja di mana?" Suami diam sejenak. Akhirnya suami sayamengatakan supaya wanita itu memelihara jati diri. Saya bertanya, "Maksudnya apa?", "Beribadah, bekerja membantu suaminya, dan bermasyarakat".
Saya berpikir bahwa saya harus mengurus rumah tangga dengan baik. Tidak usah memikirkan pekerjaan. Sekarang, setiap bulan saya hidup dari pensiun pegawai negeri suami. Meskipun sedikit, tapi saya merasa cukup. Dan rejeki dari ALLAH tetap saja mengalir. ALLAH memang memberi rejeki pd siapa saja, dan tidak tergantung kepada siapa saja. Katakanlah meski suami saya tidak ada, tapi rejeki ALLAH itu tidak akan pernah habis.

Insya ALLAH saya optimis dengan anak2 saya. Saya ingat sabda Nabi : "Aku dan pengasuh anak yatim seperti ini", sambil mendekatkan kedua buah jari tangannya. Saya bukan pengasuh anak yatim, tapi ibunya anak yatim. Meski masih kecil-kecil, saya sudah merasakan kedewasaan mereka. Kondisi yang mereka alami, membuat mereka lebih cepat mengerti tentang kematian, neraka, syurga bahkan tentang syahid. Rezeki yg saya terima, tak mustahil lantaran keberkahan mereka.

sumber: http://nira-ars.tripod.com/

----------------------------------------------------------------------------------------------

Komentar saya: Wallaahu 'Alam Bishawab ini kisah nyata atau bukan, tapi insya Allah ada hikmah yang bisa kita petik dari ceritanya.

[Al Qur'an] FUSHSHILAT 41: 30-36

Sabtu, 14 Februari 2009

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan:
"Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu".

Kami lah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.

Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?"

Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.

Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.

Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

[Al Qur'an] Pewaris Surga Firdaus

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,


(yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya,

dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,

dan orang-orang yang menunaikan zakat,

dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,

kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.

Barang siapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.

Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya,

dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya.

Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi,

(yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.”

(QS Al Mu’minuun 23: 1-11)