[Membandingkan] Dia dan Orang lain

Kamis, 06 Juni 2013

Bismillaahirrahmanirrahiim..

       Tiap hari kita akan dihadapkan pada banyak hal. Baik dan buruk, benar dan salah, banyak dan sedikit, sesuai dan tidak sesuai. Tak jarang hal ini kita dapatkan pada apa-apa yang kita miliki. Pada apa-apa yang ada di sekitar kita bahkan pada orang-orang yang selalu hadir menemani kita. Tak semua berjalan sesuai harapan. Kadang kecewa, marah, sedih. Sesuatu yang berjalan tak sesuai dengan harapan seringkali membuat kita membanding-bandingkan orang tersebut dengan orang yang lebih baik. 

http://4.bp.blogspot.com/
 "Dia lebih pengertian, dia lebih baik darimu, dia tidak pernah mengeluh sepertimu, dia tidak cengeng, dia lebih pintar, dia lebih cantik, cobalah kamu berubah sepertinya, sedikit saja, kamu selalu saja seperti ini, dia tidak pernah begitu, dia saja bisa, dia.. dia.. dia..". 
      Pernahkah kita membayangkan perasaan orang yang mendapatkan judgement seperti itu? Atau kita terlalu terkuasai dengan emosi dan keegoisan diri sendiri? Merasa diri paling tersakiti dan terkecewakan. Memang cara orang untuk menerima sesuatu yang kita sebut "masukan" dengan cara membandingkan ini berbeda-beda. Ada yang cuek, biasa saja, mungkin bisa bangkit untuk menjadi lebih baik, tapi tak sedikit (pendapatku) banyak yang akan terluka.. 

http://www.rotruck-lobb.com/grieving.jpg

         Walau saat itu kita tidak bermaksud untuk menyakiti, tapi tetap saja kata-kata itu terasa menyakitkan. Walaupun ia mungkin hanya terdiam atau bahkan tersenyum di hadapan kita saat kita menyatakan rentetan perbandingan tentang dia dan orang lain yang menyudutkannya, yang membutnya kecil dan terlihat tak berarti, kita tidak tahu apa yang terjadi saat kita pergi. Saat kita tidak bisa melihat matanya, terlebih hatinya..

http://3.bp.blogspot.com/

        Mungkin ia akan menangis menahan luka, dengan atau tanpa air mata. Atau mungkin ia akan bertanya-tanya "mengapa kau memperlakukanku seperti ini? Tanpa kau menghargai upayaku untuk berubah. Kau tidak tahu sekeras apa aku berusaha. Kau tidak tahu aku berusaha bersabar dan menerima segala kekuranganmu dan berusaha memperbaikinya dengan kasih sayang. Aku tahu ada cara yang lebih baik dari pada apa yang kau lakukan dengan cara membanding-bandingkanku dengan orang lain. Rasanya begitu menyakitkan.. Aku tak pernah mengeluh tentangmu, karena aku menghargaimu sebagai sahabatku, partnerku.."
         Mungkin esok harinya, ia tetap setia berada di sisimu untuk menemani hari-harimu dengan seuntai senyuman. Tapi menurutku, kata-kata tadi tetap membuahkan perbedaan. Pada rasa, pada caranya untuk merasakan sesuatu. Pada hati, membekas goresan-goresan yang bisa saja timbul dan tenggelam kapan saja. Pada jarak, terasa jauh walau berdekatan.
         Tak mudah memang menahan luapan emosi atas kekecewaan, terlebih hal itu terjadi berulang-ulang. Tapi cobalah menahan diri untuk membanding-bandingkan. Saya rasa, kita pun tidak suka untuk dibandingkan dengan orang lain. Lebih baik berterus terang dan memberi masukan tanpa harus membandingkannya dengan orang lain. Tentu saja dengan kata-kata yang halus, tidak menyudutkan, tidak membuatnya merasa kerdil dengan kritikan bertubi-tubi yang kadang kita besar-besarkan dengan perasaan kita sendiri yang labil dan mungkin kurang bersyukur. Boleh jadi.. kita sendiri tidak menyadari kekurangan dan terus berusaha membenahi orang lain tanpa mau membenahi diri sendiri. Menolak untuk dikritik atau bahkan merasa sudah terlalu baik untuk menerima sebuah saran. 
 
http://www.westernpeersupport.ca/wp-content/uploads/Holding-Hands.jpg

       Tidak ada salahnya mengingat kebaikan orang tersebut untuk sekadar mengerem kita dari membanding-bandingkannya dengan orang lain. Mengingat saat-saat yang indah dan baik untuk sekadar menata diri dalam mengungkapkan kata-kata yang lebih pantas dikatakan untuk seseorang yang berjiwa baik. Bila memang sulit atau bahkan tidak ada hal baik yang bisa kita ingat, perlukah kita melakukan hal yang sama?
        Cobalah berbicara dari hati ke hati, tanpa perlu emosi. Bila emosi, biarkan nurani yang lebih menguasai diri. Bersabarlah, tarik nafas, bila perlu ambil air wudhu, dan ingatlah setiap kata-kata dan sikap akan membekas di masa mendatang.. semua bukan hanya tentang hari ini. 
        Semoga kita termasuk orang-orang yang mampu menahan diri dari hal-hal yang dapat menyakiti orang lain, mampu menyampaikan segala sesuatu dengan hati yang lembut, dan senantiasa berbenah diri.. Aamiin Yaa Rabb..

0 komentar: