[artikel] Dari Mana Ya Asal Muasal Nama Bulan dalam Kalender Masehi?

Kamis, 31 Desember 2009

Sekarang lagi heboh2nya tahun baru 2010 di bulan Januari. Tapi, pernah bertanya2 nggak dari mana asalnya nama bulan2 tersebut? Nah, ini jawabannya.


Januari

Nama bulan pertama dalam kalender Gregorian ini dijumput dari nama dewa Romawi penjaga pintu gerbang, Janus.

Februari

Berasal dari kata Latin februa yang diambil dari nama dewa penyucian Romawi, Februus. Jumlah hari dalam bulan ini 28. Jumlah harinya menjadi 29 pada tahun kabisat (tahun yang bisa dibagi empat).

Maret

Nama bulan Maret berasal dari nama dewa perang Romawi, Mars. Awalnya, Maret adalah bulan pertama dalam kalender Romawi. Pada tahun 45 SM, Julius Caesar menambahkan bulan Januari dan Februari di depannya. Maka, Maret pun menjadi bulan ketiga dalam penanggalan Gregorian.

April

Bulan keempat ini aslinya berasal dari bahasa Latin aperire, artinya membuka.

Mei

Nama bulan diperkirakan, diambil dari nama lain Dewi Fortuna, yakni Dewi Maia.

Juni

Bulan keenam ini berasal dari nama Dewi Juno, istri Dewa Jupiter.

Juli

Awalnya, bulan ini disebut Quintilis yang artinya kelima dalam bahasa Latin. Dalam kalender Romawi yang berawal dari bulan Maret, bulan ini memang bulan kelima. Namun, setelah Julius Caesar menambahkan Januari dan Februari di depan bulan Maret, bulan ini lantas menjadi bulan ketujuh. Namanya, diambil dari nama Kaisar Romawi, Julius Caesar, yang lahir pada bulan itu.

Agustus

Asal-muasal bulan kedelapan penanggalan Gregorian ini tak terlalu jelas. Sebelumnya, ia disebut Sextilis, yang artinya keenam dalam bahasa Latin. Dan jumlahnya 30, setelah kaisar agustus naik tahta maka digantinya menjadi augustus dan dijadikan sama jumlahnya menjadi 31 karena ingin menyamakan dg juli

September

Meski dalam kalender Gregorian September merupakan bulan kesembilan, aslinya ia bulan ketujuh. Namanya berasal dari bahasa Latin septem, yang berarti tujuh. Lagi-lagi setelah Julius Caesar menambahkan bulan Januari dan Februari di depan bulan Maret dari penanggalan Romawi, bulan ini menjadi bulan kesembilan.

Oktober

Hal yang sama terjadi pada bulan kesepuluh dalam kalender Gregorian, yang diambil dari bahasa Latin octo, artinya delapan.

November

Dalam kalender Gregorian, November merupakan bulan kesebelas. Padahal, diambil dari bahasa Latin novem yang berarti sembilan. Sekali lagi, ini karena adanya penambahan bulan Januari dan Februari pada penanggalan Romawi.

Desember

Nama ini dipetik dari bahasa Latin decem yang berarti sepuluh. Namun, dalam kalender Gregorius bulan ini menjadi bulan keduabelas dan menjadi bulan penutup tahun.


Sumber: http://bisnis5758.wordpress.com/


Wallaahu A'lam Bish Shawab

masehi itu dimulai sejak kelahiran Yesus kristus

setahuku

dan sejak itu tahun berjalan naik maksudnya misalnya setlah 2007 tahun berikutnya 2008

tapi sebelum masehi tahun itu berjalan mundur misalnya setelah tahun 2000 berikutnya tahun 1999

gitu

dan menurut alkitab kristen mulai perjanjian matius hingga wahyu

itu ditulis setelah masehi

yang bisanya disingkan M dan Sm untuk sebelum masehi


itu yang aku tahu

kalau menurut wikipedia:

Kata Masehi (disingkat M) dan Sebelum Masehi (disingkat SM) biasanya merujuk kepada tarikh tahun menurut Kalender Gregorian. Kata ini berasal dari Bahasa Arab.

Awal tahun Masehi merujuk kepada tahun yang dianggap sebagai tahun kelahiran Nabi Isa Al-Masih karena itu kalender ini dinamakan Masihiyah atau Yesus dari Nazaret. Kebalikannya, istilah Sebelum Masehi (SM) merujuk pada masa sebelum tahun tersebut. Sebagian besar orang non-Kristen biasanya mempergunakan singkatan M dan SM ini tanpa merujuk kepada konotasi Kristen tersebut. Sistem penanggalan yang merujuk pada awal tahun Masehi ini mulai diadopsi di Eropa Barat selama abad ke-8.

Meskipun tahun 1 dianggap sebagai tahun kelahiran Yesus, namun bukti-bukti historis terlalu sedikit untuk mendukung hal tersebut [1]. Para ahli menanggali kelahiran Yesus secara bermacam-macam, dari 18 SM hingga 7 SM.

Sejarawan tidak mengenal tahun 0 ─ 1 M adalah tahun pertama sistem Masehi dan tepat setahun sebelumnya adalah tahun 1 SM. Dalam perhitungan sains, khususnya dalam penanggalan tahun astronomis, hal ini menimbulkan masalah karena tahun Sebelum Masehi dihitung dengan menggunakan angka 0, maka dari itu terdapat selisih 1 tahun di antara kedua sistem.

Di Indonesia selain tahun Masehi yang digunakan secara resmi, secara tidak resmi masyarakat juga mengenal tahun Hijriyah/tahun Jawa dan tahun Imlek/tahun Tionghoa.

Dalam bahasa Inggris dan dipergunakan secara internasional, istilah Masehi disebut menggunakan bahasa Latin Anno Domini / AD (Tahun Tuhan kita) dan Sebelum Masehi disebut sebagai Before Christ / BC (Sebelum Kristus). Sistem ini mulai dirancang tahun 525, namun tidak begitu luas digunakan hingga abad ke-11 hingga ke-14. Pada tahun 1422, Portugis menjadi negara Eropa terakhir yang menerapkan sistem penanggalan ini. Setelah itu, seluruh negara di dunia mengakui dan menggunakan konvensi ini untuk mempermudah komunikasi.

Selain itu dalam bahasa Inggris juga dikenal sebutan Common Era / CE (Era Umum) dan Before Common Era / BCE (Sebelum Era Umum) ketika ada penulis yang tidak ingin menggunakan nama tahun Kristen.




Sumber: jawaban dari Kevin w di Yahoo Answer






Forever Palestine- Sami Yusuf

Rabu, 25 November 2009



Mother don't cry for me I am heading off to war
God almighty is my armour and sword
Palestine, Forever Palestine

Children being killed for throwing stones in the sky
They say to their parents don't worry, God is on our side
Palestine, Forever Palestine
Mother don't worry when they come for us at night
Surely they'll be sorry when God puts them right
Tell me why they're doing what was done to them
Don't they know that God is with the oppressed and needy
Perished were the nations that ruled through tyranny
Palestine, Forever Palestine

Children of Palestine are fighting for their lives
They say to their parents we know that Palestine is our right
They to say to their parents we'll fight for what is right
They say not to worry God is on our side
They say we'll die for Palestine
Palestine, Forever Palestine


[Corel] Contoh Kaos Simple



[Corel Draw] Membuat Teks Terdistorsi & Bershadow

Sabtu, 14 November 2009

1. Mula2 Tekan Tombol Text Tool

lalu klik kanvas dan mulailah mengetik kata-kata sesuai dengan font dan ukuran yang diinginkan. Misalnya Salacca edulis, nama latin Salak Pondoh dg. Font Freestyle Script ukuran 150 dan di Underline



2.
Blok teks dan warnai. Boleh 1 warna, boleh bermacam2 warna. Saya mengambil 1 warna saja.Warna coklat (warna salak). Untuk mewarnai border cukup klik kanan pada warna.



3.
Klik Ellipse Tool Gambar elips yang memotong kita-kita setengah dari teks lalu klik Tombol Intersect (atau pilih pada menu bar: Arrange>Shaping> Intersect)



4.
Delete elips
5.
Akan terlihat belahan dari kata. Nah, Bagian atas kita warnai berbeda dengan warna yang lebih muda. Sekarang teksnya ada dua warna


6. Agar tidak terpisah antara bagian yang muda dan yang tua, blok semuanya lalu Group (CTRL+G)


7.Sekarang klik pick tool lalu klik gambar (teks sallacca edulis).
8. Klik Interactive Distortion Tool lalu klik pada salah satu titik yang muncul dibawah huruf-huruf teks.



Tarik sedikit.

1. Kalau terlalu ditarik tulisannya tidak begitu terbaca. Misalnya seperti ini

9. Untuk membuat bayangan klik pick tool lalu klik gambar. Klik Interactive Drop Shadow Tool pada tool bar lalu klik kotak kecil pada gambar. Tarik perlahan.


Kurang lebih hasilnya seperti ini



10. Untuk mengatur ketebalan bisa di atur di Drop Shadow Opacity & Drop Shadow Feathery untuk mengatur penyebaran.





Finish :)

Semoga Bermanfaat

[memori] Rindu

Minggu, 08 November 2009




Rabbi..
Tak banyak yang dapat kulakukan..
Aku hanya bisa berdoa dan berusaha sekuat tenaga semampuku dengan pertolongan-Mu..
Aku tahu bahwa secara zahir aku lahir tanpa membawa apa-apa, begitu pula saat aku kembali kepada-Mu..

Namun, Rabbi..
Kumemohon kepada-Mu..
Sebelum kukembali kepada-Mu aku ingin sekali menemukan apa yang kucari..
Apa yang kurindukan..
Apa yang kubutuhkan..
Kau mengingatkanku melalui hamba-Mu yang shalihah
"Bila kita ingin mendekatkan diri dengan-Nya, tak mungkin Dia akan menyesatkan kita.."

Ingin aku membawa
bekal terindah untuk sampai ke kampung halaman bersama keluarga dan teman-teman..
Aku ingin menunjukkan kembali pemberian-Mu semasa di dunia di kampung halaman nanti..
Aku ingin bersujud..
Berlari..
dan Berkata..
"Terima kasih Yaa Allaah.. Kerinduanku terjawab sudah.. Inilah jawaban dari penantian panjangku semasa di dunia.."

Yaa Rabbi..
"Ihdinashshiraatal mustaqiim.."

Kami merindukan-Mu..
Semoga kami dicatatkan sebagai hamba-hamba yang Engkau sayangi yang senantiasa berkata-kata jujur..


Aamiin...

Caranya:

1. Mulailah program Corel Draw
2. Tekan tombol Text Tool
3. Klik kanvas dan mulailah menulis “Biologi” dengan font Cooper Black size 150



4. Klik freehand tool
5. Buat garis lurus pertama. Agar garis benar-benar tegak lurus mulailah dengan mengklik lalu tarik garis mendatar dan klik lagi jika telah selesai. Ketebalan garis ini 8 pt dan panjangnya melebihi panjang teks, warnai dengan warna kuning.



6. Buat garis lurus kedua yang terletak di bawah garis pertama (jarak kira-kita lebih tinggi dari tinggi teks & p
anjang melebihi panjang teks) dengan ketebalah 24 pt warnai dengan warna hijau tua
7. Tekan Interactive Blendtool lalu klik garis kedua, tarik menuju garis pertama.

8. Untuk mengatur kerapatan gradasi, klik kotak putih pada Interactive Blendtool lalu tarik ke atas untuk merapatkan dan ke bawah untuk merenggangkan warna



9. Pilih Picktool (bentuk seperti kursor) lalu klik pada gradasi.
10. Pada menu bar klik Effects > Power Clip > Place Inside Container
11. Klik "Biologi" dengan menggunakan tanda panah hitam yang muncul.






12. Selesai.


Kurang lebih kasilnya seperti ini
Masih agak acak-acakan dan kurang rapih sih kalau saya yang buat. Hehe..
Silahkan dicoba :)
Semoga bermanfaat

[Renungan] Sepucuk Surat Untukmu..

Rabu, 29 Juli 2009

Begitu cepat berubah..
Jauh lebih cepat dari lintasan angin.
Seperti bukan kau yang kukenal dulu..
Bukankah kau telah mengetahui hukumnya dari hadits dan ayat-ayat-Nya yang kau pelajari siang dan malam tentang apa yg sedang kau jalani saat ini?
Betapa sedihnya, aku baru bisa menolaknya sekuat tenaga dengan hati ini..

Kumohon, renungkanlah, ingatlah..
tentang jalan lurus yang berusaha kau tapaki dulu..
Bosankah kau dengan cinta-Nya yang tak pernah bosan mencintaimu?
Mungkin aku pun belum pantas untuk mengatakan ini semua. Aku dan sehamparan kekotoran hatiku dan banyaknya dosa-dosa yang telah kulakukan.. Dulu, bahkan masa ini.. yang selalu kuharap Dia telah menghapusnya dengan rahmat dan cinta-Nya yang tak pernah padam dan semoga Dia telah mengabulkannya..

Sobat, aku hanya ingin yang terbaik bagimu..
Walau aku tak pernah dekat denganmu..

Kembalilah..
Jadi kau yang dulu..
Yang senantiasa taat pada-Nya, menjaga hijab, dan menundukkan pandangan..
Kembalilah..
Kuberharap kau masuk ke dalam golongan orang-orang yang dinaungi-Nya..
Yang senantiasa mencintai, bertemu, dan berpisah karena-Nya..
Kuberharap kau mengerti maksudku…

Maafkan aku, bila beberapa patah kataku ini melukai hatimu..
Dan aku jauh memohon maafmu.. karna aku hanya mampu menulis sepucuk surat kecil ini, tak berani mengingatkanmu dengan mulutku, terlebih dengan tangaku yang kotor ini..
Maaf bila aku pun belum pantas untuk menulis ini semua..
Kuberanikan diri dengan pertolongan dan izin-Nya, Rabb kita..

Kutulis untukmu, saudara seimanku…
yang kuncintai karna Allah…

Kembalilah, sobat..
Kembalilah pada-Nya..
Kuyakin Dia tak pernah bosan menjaga-Mu..
Kumohon, kembalilah……


[artikel] Keajaiban Statistik dalam Al Qur’an

Kamis, 23 Juli 2009

Begitu banyak keistimewaan yang terkandung dalam kitab suci Al-Qur’an. Selain mengandung catatan kebenaran tentang masa lalu dan yang akan datang, al-Qur’an juga menyimpan keajaiban-keajaiban yang lain.

Satu­­ catatan kajian yang dilakukan oleh seorang cendikiawan Islam dari Ikhwanul Muslimin, DR Tariq Al-Suwaidan, didapati bahwa terdapat beberapa “keajaiban” statistic dalam al Qur’anul Karim. “Keajaiban” itu adalah terkait dengan keseimbangan antara perkataan dana bilangan.

Contohnya begini, ‘dunia’ kebalikannya adalah ‘akhirat. Nah, ternyata, di dalam al-Qur’an jumlah kata ‘dunia’ dan ‘akhirat’ itu sama persis, yakni 115. Contoh lain simak di bawah ini:

· Al-Malaikat (malaikan) 88 kata, al-Syayateen (setan) juga 88 kata.

· Al Hayat (kehidupan) 145 kata, al-Maut (kematian) juga 145 kata.

· Al-Rajul (lelaki) 24 kata, al-Mar’ah (perempuan) juga 24 kata.

· Al-Shahru (bulan) 12 kata, sama dengan jumlah bulan dalam satu tahun.

· Al-Yauum (hari) 365 kata, sama dengan jumlah hari dalam satu tahun.

· Al-bahar (lautan) 32 kata, sedangkan al-Barr (daratan) ada 13.

Jika digabungkan jumlah perkataan yang mengandung maksud ‘lautan’ dan ‘daratan’, jumlahnya adalah 45 (32 + 13) Dan jika dibuat perhitungan kira-kira begini:

i) Lautan: 32/45 X 100% = 71.11111111%

ii) Daratan: 13/45 X 100% = 28.88888888%

Itu artinya, dari keseluruhan bumi, yang berbentuk daratan Cuma 28.88888888%

Sisanya berupa lautan



Sumber: www.geocities.com

Majalah hidayatullah edisi 07



Subhanallaah..

[lirik] Give Thanks to Allah by Zaik Bhikha

Selasa, 07 Juli 2009


Give thanks to Allah,

for the moon and the stars
prays in all day full,
what is and what was
take hold of your iman
dont givin to shaitan
oh you who believe please give thanks to Allah.
Allahu Ghefor Allahu Rahim Allahu yuhibo el Mohsinin,
hua Khalikhone hua Razikhone whahoa ala kolli sheiin khadir

Allah is Ghefor Allah is Rahim Allah is the one who loves the Mohsinin,
he is a creater, he is a sistainer and he is the one who has power over all.

Give thanks to Allah,
for the moon and the stars
prays in all day full,
what is and what was
take hold of your iman
dont givin to shaitan
oh you who believe please give thanks to Allah.
Allahu Ghefor Allahu Rahim Allahu yuhibo el Mohsinin,
hua Khalikhone hua Razikhone whahoa ala kolli sheiin khadir


Allah is Ghefor Allah is Rahim Allah is the one who loves the Mohsinin,
he is a creater, he is a sistainer and he is the one who has power over all.

[memori] Ingin Ketemu Nenek..

Minggu, 14 Juni 2009

Malam itu seorang akhwat (katanya dia nggak mau disebut namanya ^^) bercerita tentang pengalamannya dengan seorang gadis kecil. Gadis kecil itu bercerita pada sang akhwat dengan nada lugu dan polos.

bocah: "Teh, ingin buru-buru masuk surga.."
akhwat: "Oh ya? kenapa?"
bocah: "Ingin ketemu sama nenek."
akhwat: "ingin ketemu sama nenek?" dahi sang akhwat berkerut. Heran.
bocah: "iya, sama ingin minta laut susu. Kalau di surga boleh minta apa aja kan teh?"
akhwat: "iya atuh. apa aja juga boleh. kenapa ingin ketemu sama nenek?"
bocah: "ingin minta maaf.."
akhwat: "ingin minta maaf? minta maaf kenapa?""
bocah: "dulu pernah pipisin nenek."
akhwat: "Oh ya? Kapan?"
bocah: "Waktu kecil.. Waktu itu nenek lagi sakit. Terus amel main di atas perut nenek dan nggak tahan ingin pipis. Terus pipisnya pas di muka nenek."
akhwat: "Pas amel umur berapa?"
bocah: "Nggak tau, lupa. Mungkin sebelum TK. 2 tahunan mungkin."
akhwat: "Nenek nggak marah?"
bocah: "Nggak.. Nenek nggak bisa bilang apa-apa kan nenek lagi sakit.."
akhwat: "Hmm.. jadi amel ingin minta maaf?"
bocah: "iya.."

Subhanallaah.. padahal usia dia saat ini pun masih kecil dan belum baligh.. Ketika saya denger cerita ini, saya jadi kagum sama anak ini. Akhwat yang bercerita itu pun selalu merasa gembira dan seneng banget kalau lihat wajah lugu dan keceriaan anak ini. Akhwat itu juga pernah bilang kalau dia suka lihat anak ini sering diam dulu sejenak sehabis shalat. Mengangkat kedua tangannya yang mungil dan berdoa sambil membuka dan memejamkan matanya.. Mungkin untuk neneknya.. atau mungkin untuk kedua orang tua dan orang-orang yang ia sayangi.. dan sepertinya.. ia sangat merindukan surga.. Semoga surga pun sangat merindukan anak shalihah ini.. amiin..

[lirik] Lagu Cinta Untuk Mama - Kenny

Selasa, 09 Juni 2009

Apa yang kuberikan untuk mama
Untuk mama tersayang
Tak kumiliki sesuatu berharga
Untukmu mama tercinta

Hanya ini kunyanyikan
Senandung dari hatiku untuk mama
Hanya sebuah lagu sederhana
Lagu cintaku untuk mama

Walau tak dapat selalu kuungkapkan
Kata cintaku tuk mama
Namun dengarlah hatiku berkata
Sungguh kusayang padamu mama

Hanya ini kunyanyikan senandung
Dari hatiku untuk mama
Hanya sebuah lagu sederhana
Lagu cintaku untuk mama..

Reflection

Kamis, 28 Mei 2009

by: Christina Aguilera
Look at me
You may think you see
Who I really am
But you'll never know me
Every day
It's as if I play a part
Now I see
If I wear a mask
I can fool the world
But I cannot fool my heart

Who is that girl I see
Staring straight back at me?
When will my reflection show
Who I am inside?

I am now
In a world where I
Have to hide my heart
And what I believe in
But somehow
I will show the world
What's inside my heart
And be loved for who I am

Who is that girl I see
Staring straight back at me?
Why is my reflection
Someone I don't know?
Must I pretend that I'm
Someone else for all time?
When will my reflection show
Who I am inside?

There's a heart that must be
Free to fly
That burns with a need to know
The reason why

Why must we all conceal
What we think, how we feel?
Must there be a secret me
I'm forced to hide?
I won't pretend that I'm
Someone else for all time
When will my reflection show
Who I am inside?
When will my reflection show
Who I am inside?

[lirik] Para Pencari-Mu

Sabtu, 16 Mei 2009

by: Ungu

Menjalani hitam putih hidupku
membuatku mengerti, membuatku mengerti
arti hadir-Mu dalam setiap langkah-langkahku berarti

melewati setiap detik waktuku bersama takdir-Mu
membuatku mengerti hanyalah pada-Mu
kukembali...

ku bersujud kepada-Mu memohon ampunan-Mu
adakah jalan untukku tuk kembali pada-Mu

REFF :

akulah para pencari-Mu Ya Allah
akulah yang merindukan-Mu Ya Rabbi
tunjukanku jalan yang lurus
tuk tetapkan langkahku

akulah para pencari-Mu Ya Allah
akulah yang merindukan
-Mu Ya Rabbi
hanya di tangan-Mu Ya Allah
tempat kupasrahkan hidupku

[lirik] Hijrah

Album :
Munsyid : Bestari
http://liriknasyid.com


Telah kuputuskan untuk selalu taat hanya satu kepada Alloh
Bukan pada dunia yang membuatku lupa dan terjebak nafsu durjana
Sungguh aku ingin masuk surga, tak ingin neraka yang menyala

Lalu aku pun berubah tinggalkan masa laluku yang gulita
Berpakaian Islami walau dilarang mami namun Alloh tetap dihati.
Sungguh aku ingin masuk surga, jadi aku ingin insyaf saja..

**
Semua kawanku bilang
Aku tak lagi menawan
Rambut tak kelihatan
Muka tanpa polesan
Body kupun tidak dipamerkan {2 kali}

Sholatku jadi rajin nyontekpun kutinggalkan mengkaji Qur'an kegemaranku
Lalu doiku lari, kawan-kawanku pergi, namun Alloh tetap dihati.
Sungguh aku ingin masuk surga, jadi aku ingin insyaf saja..

Lalu aku pun berubah tinggalkan masa laluku yang gulita
Berpakaian Islami walau dilarang mami namun Alloh tetap dihati.
Sungguh aku ingin masuk surga, jadi aku ingin insyaf saja..(kembali ke **)

[memori] nasihat darinya..

Rabu, 13 Mei 2009



"enggak sendiri, mir.. insya Allah masih banyak kesempatan.."


dan kata-kata sederhana itulah yang begitu berarti..
menyejukkan..
membuatku merasa ingin segera bangkit dari keterpurukan ini..
karna aku, kau, kita, tak pernah sendirian..
ya..

tak pernah sendirian..

[Renungan] Sang Murabbi

Rabu, 06 Mei 2009

"Kalau hanya berda'wah kita memang bisa. Tapi apakah bisa kita cinta dengan da'wah? Cinta itu butuh pengorbanan, waktu, tenaga, dan harta.. Allah telah menggiring kita kepada keimanan dan da'wah saja merupakan suatu kebahagiaan besar. Apa pantas kita berharap imbalan yang lebih dari itu? Apalagi bila berupa jabatan, kesenangan, atau kemewahan.." *

*) Ustadz Rahmat Abdullah

[artikel] Kenangan Seorang Adik atas Abang Tercinta

Jumat, 24 April 2009

Ahmad Nawawy (Bang Nawi), Adik Ustadz Rahmat Abdullah.

Kenangan Seorang Adik atas Abang Tercinta

Di antara orang yang sangat merasakah sentuhan Ustadz Rahmat, adalah adiknya sendiri, Ahmad Nawawy. Ia yang lahir tiga tahun setelah Ustadz Rahmat, benar-benar punya kenangan sangat mendalam dengan sang kakak yang selalu ia panggil Bang Mamak. Setelah ayah mereka tiada, Ustadz Rahmatlah yang menggantikan perannya sebagai ayah, sekaligus sebagai abang.

Kala itu, Nawawy kecil sudah terseret ke dalam kebiasaan minum minuman keras. Ia bahkan keluar SD sebelum sempat menamatkannya. "Saya ini bandel sejak kecil. Saya terjerumus ke miras sejak tahun 1973, berapa tahun setelah keluar dari SD di kelas empat. Terjerumusnya itu karena lingkungan, ingin nyoba-nyoba. Waktu itu anggur kolesom. Setelah itu minum arak. Jarang yang kuat, bahkan teman-teman itu suka dengan arak karena kadar alkoholnya 32 %, kalau anggur kolesom itu hanya 12 %," cerita Nawawy.

Dalam kurun yang tak singkat itu, ustadz Rahmat tidak pernah henti-hentinya berusaha, mengajak, menasehati dengan caranya yang penuh kasih, bersahabat, dan satu lagi, tidak pernah bosan. Ia ingin agar adiknya yang sangat dicintainya, benar-benar keluar dari semua jalan yang sangat dibencinya itu.

Ustadz Rahmat biasanya mengajak Nawawy yang tengah mabuk untuk pergi. Nawawy sendiri tidak pernah bisa menolak. Ia mengakui bahwa kala itu tak ada seorang pun yang bisa menghalangi ulahnya. Bahkan encingnya pun dilawan. "Saya selalu bilang, uang yang saya pakai kan uang saya, yang minum juga saya," kata Nawawy. Tapi kalau sudah didatangi Ustadz Rahmat. Ia merasa seperti dihipnotis. Ia pun naik ke atas motor tuanya.

Setelah itu Ustadz Rahmat membawanya jalan. Kadang ke Taman Ismail Marzuki (TIM). "Kalau mau pelarian, ke sini pelariannya. Ada drama, ada banyak lagi yang positif," nasehat Ustadz Rahmat kepadanya. Kadang ia juga dibawa ke Cikoko, ke tempat sebuah padepokan silat. Tidak berhenti sampai di situ, untuk menghindarkan pergaulan Nawawy dengan lingkungan, ustadz Rahmat memasukkannya ke kursus Pusgrafin (Pusat Grafika Indonesia). "Waktu itu namanya PGI, saya kursus beberapa bulan," kenang Nawawy.

Pernah suatu hari Nawawy menampar anak tetangga. Kakak ipar anak itu marah. Karena lebih besar dan tidak bisa melawan, akhirnya Nawawy mengambil pisau dan menunggu di depan rumahnya. "Setelah ustadz datang, ia menarik saya pulang. Saya pun menurut begitu saja."

Nawawy juga mengisahkan kejadian lain, "Saya pernah gebukin tiga orang di RT4/4. Tak lama saya diajak pulang ustadz. Katanya, ‘Luka tamparan kamu itu besok juga hilang tapi hatinya tidak bisa. Meskipun kamu minta maaf mungkin di depan dimaafin karena takut, tapi hati sangat membekas lukanya. Itu minta amal kamu di akherat, itupun kalau amalnya banyak.’ Ini kata-kata yang sangat membekas hingga saat ini."

Semua drama-drama hidup itu masih harus dijalani dengan segala upaya untuk bisa mencari nafkah. Di antaranya, melalui usaha sablon. Sebelumya, ayah mereka mewariskan usaha mesin cetak Hand-Press. Tetapi kemudian, mereka ingin menjalankan usaha sablon. Waktu itu masih langka. "Buku tentang sablon itu diterjemahkan ustaz Rahmat. Bukunya berbahasa Inggris. Belum ada terjemahannya. Karena kita ingin bisa nyablon maka dibelilah buku itu di Senen, Gunung Agung. Dan biasanya kita setelah buku ini diterjemahkan."

Usaha itu mereka namakan ARACO (Abdullah, Rahmah/Rahmat/Rahmi Company). Ustadz Rahmat lah yang biasa mencari order. Kesibukan baru mulai mengisi hari-hari Nawawy. Tapi pergulatan batin belum usai.

Kecintaan Ustadz Rahmat kepada adiknya tak pernah pupus. Meski getir, ia tetap mencintainya sepenuh hati, lebih dari sekadar cinta seorang kakak, tapi cinta seorang yang punya keyakinan, bahwa ia harus berbagi jalan yang sama dengan saudara kandungnya: jalan orang-orang beriman.

Makanya, segala cara ia lakukan. Termasuk menuliskan surat khusus, melalui pos, yang ia kirim dari Tebet, saat ia tinggal di daerah sana untuk sebuah keperluan.

Jakarta, 19 Rabi’ul Awwal 1399 H
16 Februari 1979 M
Kehadapan
Saudaraku A. Nawawy
Di
Jakarta

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Adalah kenyatan yang tidak bisa diingkari bahwa sampai hari ini seakan kita hidup sendiri-sendiri, jauh dan asing. Tak usah saya katakan apa yang menyebabkan kenyataan ini, tetapi bagaimanapun saya yakin bahwa antara kita masih ada ikatan betapapun lemahnya ikatan itu sekarang. Dan saya percaya tentu kau masih mengakui saya. ini salah seorang saudaramu, orang yang dekat dengan hatimu, seperti juga halnya kau menduduki tempat tersendiri dalam hatiku. Hanya sayang kita seperti orang-orang bisu, saya tak mampu mengungkapkan perasaan saya, betapapun perhatian saya untuk kemajuanmu, betapapun maklum saya terhadap minatmu untuk maju, betapapun ujian hidup yang kau hadapi.

Saya katakan bahwa saya adalah manusia juga. Dengan segala kelemahan, dengan segala kealpaan. Orang mungkin menuduh saya tak memperhatikan perkembangan keluarga, khususnya kau, adikku, tetapi saya menolak tuduhan itu. Iya, betapa lemahnya alasan saya. Semua itu tiada lain sebabnya kecuali karena saya hidup bagaikan dalam penjara, dalam belenggu yang mengikat sangat keras. Kekhayalan, cita-cita, ide baik dan saran-saran terbang pergi begitu saja, tanpa saya melahirkannya dalam bentuk kata-kata, apalagi dalam kenyataan.

Saya ingin kau memahami ini semua. Saya ingin kau memaafkanku yang sampai hari ini belum menunaikan kewajibanku kepadamu. Dan saya ingin kau melihat diriku sebagai orang yang sama-sama punya problem, punya persoalan, punya rasa sedih dan gembira, harapan, kekhawatiran dan berbagai rasa fitrah manusia. Dan dengan itu pula kuharap kau mau membagi duka. Bersama-sama memecahkan persoalan apa kiranya yang sedang kau hadapi, tanpa mencari sendiri, menanggungkannya dan melarikannya dengan caramu sendiri. Sebelum ini saya berada di puncak kebingungan, saya tak tahu apa yang harus kulakukan, apa yang harus kutuliskan, sementara jam terus berputaran mengurangi usia, kosong tanpa hasil apa-apa, selain kegetiran hidup, kepedihan yang menusuk hati. Suatu kekhawatiran yang tak tahu saya bagaimana bentuknya dan terhadap apa, telah merasuki jiwaku. Dia mengikutiku, kemana pergi, menggelisahkanku, mengejar-ngejar dan menuntut, menggugat suatu tanggung jawab. Saya tak mampu menggambarkan lebih jelas apa bentuk kekhawatiran itu. Saya Cuma bisa menghubungkan kekhawatiran itu pada dirimu, saya takut sesuatu menimpamu, menyusahkanmu dan merenggutmu.

Marilah kita menarik pelajaran dari masa lalu, menarik manfaat, mensyukuri kenyataan baiknya dan menghindari kenyataan ruginya agar tak terulang lagi. Saya yakin betapapun jauhnya kita selama ini, namun kau tentu tak menutup pintu untuk satu dua patah kata dariku sebagai tanda bahwa saya masih punya hati untuk memahami dan menghayati perasaan orang lain.

Ada sesuatu dalam diri kita yang sangat penting dan besar nilainya, yang sekalipun kita berdusta kepada dunia, namun tak bisa berdusta kepada-Nya. Itulah nurani, bashirah. Allah memberikan kita bashirah dan memberikan penjaga bashirah itu, yaitu iman. Dialah yang mampu membendung bisik-bisik selintas dari nafsu angkara. Sayang banyak orang menodai nuraninya sendiri, hingga suram dan tak bisa melihat lagi:

"Sesungguhnya mata (lahir) mereka tiada buta, tetapi hati yang dalam dada merekalah yang buta...." (Surat Al Hajj, XXII, ayat 46)

Marilah kita dengan sekuat kemampuan berkorban, baik waktu, perasaan, tenaga dan apa yang dapat kita korbankan demi hidupnya nurani, demi hidup yang lebih layak. Saya pikir adalah bijaksana bila saya menyerahkan kepadamu untuk mencari dan menyelidiki sendiri apa yang sedang saya rasakan tentang dirimu. Saya tak mampu menggambarkan, karena soal itu sangat abstrak, samar dan terjadi semata karena getaran perasaan halusku. Semoga baik baik sajalah hendaknya. Semoga kekhawatiran itu Cuma angan-angan, bukan kenyataan. Sekali lagi kukatakan, kau lebih tahu apa yang sedang kau hadapi, apa yang sedang menimpamu, dan apa kata hati nuranimu, selama hati nurani itu tidak disuramkan putus asa dan apatis, serta kekerasan hati.....

"Tetapi, manusia itu ada nurani (bashirah) dalam dirinya, betapapun dia melontarkan alasan-alasannya. " (Surat Qiyamah -LXXV- ayat 14-15)

Semoga kata-kataku mendapat tempat di hatimu. Kuharap kau jangan kecewa atas segala sikapku. Aku selalu membuka kemungkinan untukmu. Maafkan daku atas segala kealpaanku. Terimalah kebenaran darimanapun datangnya. Terima kasih, sampai jumpa.
Salamku,

Rahmat Rahmat Abdullah

Surat itu begitu membekas. "Ketika saya terima surat itu, saya menangis. Ayah sudah tidak ada, dan ustadz itulah sebagai ayah. Kata-kata dalam surat itu yang terkesan sekali. Saya tidak bisa lupa, ketika ia mengutip ayat Allah, ‘Bahwa manusia itu punya bashirah, meski ia menguraikan alasan-alasannya,’" kata Nawawy. Tak berlebihan, bila surat itu ia beri tanda jam berapa ia terima: pukul 13.30.

Beberapa bulan kemudian, Ustadz Rahmat kembali menulis surat, menuangkan segala perasaan hatinya tentang adiknya. Cinta, harap, cemas, dan segala yang teraduk-aduk tertumpah di sana. Dengan pengantar yang sangat menyentuh, ia kirimkan surat itu.

Jakarta, 16 Syawal 1399 H
8 September 1979 M.
Menjumpai seorang yang lahir dari benih sah ayah-bundaku
A. Nawawy Abdullah

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum wr. Wb.
Aku tahu bahwa aku menyusun kata-kata seperti begini dalam masa ini dimana engkau mengikuti alur rasa dari jiwamu, sama dengan perang melawan arus yang melanda, betapa beratnya. Dan betapa mulianya, kuyakini.

Aku tak berhak memaksakan apapun kepadamu, dan memang itu tidak perlu. Masing-masing kita punya hati nurani, yang walaupun kita bisa mendustai manusia sedunia, namun kita tidak bisa mendustainya. Dengan itulah kita menimbang untung-rugi sebuah perjalanan. Hanya saja aku meminta kau sudi mendengarkan kata hatiku, memperhatikan sekadar harapanku, semoga ada gunanya bagi dirimu.

Adikku, aku tidak bisa mengatakan dengan pasti apa yang kau jalani sekarang ini. Kau lebih tahu. Mata orang banyak sekarang tertuju ke sebuah keluarga, keluarga kita, yang pernah menjadi titik pandang orang banyak. Terserahlah komentar mereka. Cuma satu hal yang harus kau perhatikan, bahwa kita hidup tidak sendirian di dunia ini. Ada tata aturan yang mengikat yang bila dilanggar mungkin akan terasa akibatnya sekarang juga, baik berupa kerugian kehormatan, kesehatan atau apa lagi yang bernilai. Masih segar dalam ingatan bagaimana musibah menimpa keluarga ini beberapa tahun yang lalu. Hampir sebuah masa depan lenyap begitu saja, hancur oleh tangan-tangan kotor orang-orang angkuh yang menganggap dirinya mampu melakukan banyak hal, mampu menjaga diri dari banyak kesukaran. Sampai detik ini akibat itu masih berlangsung. Dan bukan itu saja, berapa lagi korban yang sama berjatuhan.

Baru-baru ini seperti kau rasakan kengerian menghantui diriku, tentang sesuatu yang tidak kuperbuat, namun akibatnya akan kurasakan. Begini, maksudku... Kau tahu beberapa orang yang terlibat dalam kegiatan beberapa tahun lalu, dimana seorang anggota keluarga kita jatuh; kemana itu rekan-rekan "sependeritaan?" Mana tanggung jawab mereka? Mana itu kesetiakawanan? Mana pembelaan? Mereka terus dengan segala keangkuhan mempertontonkan perlawanan kepada Tuhan, seakan menentang kapan azab-Nya tiba. Aku takut mungkin kata-kataku tidak bernilai dalam pandangmu sekarang ini, tetapi aku ingin membuktikan bahwa akupun terus mengikuti perkembanganmu dengan hati yang luluh gelisah, kecewa. Aku ingin Tuhan menerima pengakuanku bahwa satu masa dari hidupku, pernah aku mengatakan sesuatu, atau menuliskan sesuatu yang merupakan suatu kewjiban, pahit. Jangan sampai jatuh lagi korban dalam keluarga ini. Ya, tak seorangpun merasa dirinya bakal celaka oleh tindakannya dan dengan angkuhnya dia berbuat, seakan kemarin tidak ada seorang teman yang mati dengan usus terbakar alkohol, atau otak rusak oleh asap celaka.

Kau tak bisa mengatakan bahwa kau menderita sendirian, menanggung semua itu seorang diri. tidak. Kau ingat bagaimana susahnya kita semua karena musibah yang menimpa seseorang dari anggota keluarga. Kemana itu keangkuhan, kebanggaan kepada kekuatan badan dan akal.? Aku kehilangan banyak hal dalam hidup ini. Harapanku, jangan engkau mengikuti lagi jejak lama yang telah terlalu banyak meminta pengorbanan. Belum terlambat. Tegakkan dengan pribadi yang jantan., tak ada gunanya menghindari kenyataan hidup dengan berlari ke garis khayal, dengan melawan hati nurani dan melontarkan alasan kepada lingkungan, situasi. Ciptakan kesempatan, jangan dinanti atau menyerah. Aku merasa bahwa sekarang ini akupun tak berharga lagi dalam pandanganmu, biarlah, aku tak mengharapkan itu semua, hanya pintaku jagalah dirimu. Jiwaku menjerit saat ini, aku tahu kau tak mendengar jeritan itu, tak merasakan hatiku yang luluh, gelisah, kengerian bercampur baur menjadi satu. Apakah sepanjang hidupku aku hanya harus melihat ketegangan demi ketegangan, kesombongan orang-orang yang begitu enaknya menyeret saudaraku ke kancah dunia mereka, lalu melemparkan korban itu untuk kami pikul dengan segala hina yang mencoreng muka, derita yang tak tentu bentuknya...

Semua nasehat-nasehat itu ia sampaikan sepenuh perasaan, segenap jiwa dan dengan seluruh cinta. Tak cukup sampai di situ. tahun 1982, Nawawy diajak mengaji secara intesif dalam sebuah halaqoh oleh Ustadz Rahmat. Tetapi ia tidak mengajak secara langsung. Ia menyuruh orang lain, Nurdin, seorang guru SMA untuk mengajaknya. Nawawy mulai ikut. Tetapi belum berjalan dengan baik. Ia mulai terpengaruh lagi ke kebiasaan lamanya. Tapi keinginan untuk berubah semakin menguat.

"Apalagi beberapa waktu itu saya sering menyaksikan teman-teman saya mati diujung peluru petrus. Ada namanya Agus Menteng Atas dipetrus, Jali juga dipetrus. Saya memang tidak ada kriminalnya tapi dianggap gembong karena minum. Dan saya itu punya prinsip lebih baik menjadi kepala semut dari pada terjajah, jadi saya menjadi pemimpin di kalangan anak-anak itu. Ustaz bilang sama saya, ‘Kalau antum mati di medan jihad, antum mati karena kedzaliman, saya ikhlas sebagai kakak kamu. Tapi kalau karena miras atau narkoba saya tidak ridha,’" kata Nawawy mengenang.

Beberapa tahun sesudah itu Nawawy benar-benar berhenti total dari minuman keras. "Kalau konsistenya ngikutin ustadz itu sekitar tahun 90 akhir. Untuk menguatkan tekad itu saya juga berusaha selalu puasa Senin-Kamis. Ini cara yang paling ampuh untuk meninggalkan semuan itu, termasuk juga dengan menghindari teman lama. Kalau tidak ikut pengajian intensif itu, belum tentu saya seperti sekarang ini," tambah Nawawy.

Hari-hari sesudah itu adalah persaudaraan dua anak kandung, yang tidak saja diikat oleh tali darah, tapi juga kasih sayang atas dasar iman. Kasih sayang ustadz Rahmat tak pernah habis. Terlebih bila sekadar soal finansial. "Kalau soal bantuan, itu kapan aja dari masih muda tidak pernah lupa bahkan setelah nikah juga. Pada saat saya meminta bantuan untuk nikah belia sangat girang sekali. Saya nikah hanya modal beberapa ribu saja selebihnya ditanggung Ustadz. Maskawin dari ibu saya lima geram emas.

"Kepada ustaz itu saya tidak pernah minta. Ini juga didikan Ustadz sendiri, jangan minta kepada manusia tapi mintalah kepada Allah yang Maha Kaya. Makanya kalau saya butuh bantuan tidak minta tapi dengan redaksi memaparkan masalah. Saya juga paham kalau ustaz tidak punya duit dari masIh bujangan. Tapi Ustadz kalau punya uang sedikit dan kebetulan saya ada beliau tidak mau nerima. Beberapa tahun yang lalu kebetulan beliau tidak punya uang untuk membetulkan tempat tidurnya yang patah. Saya yang kasih uang melalui istrinya melalui istri saya. Dengan cara ini Ustadz tidak bisa menolak. Itupun karena tempat tidur itu sudah diperbaiki dan sudah terjadi.

Nawawy telah memilih jalan barunya. Merajut cita-cita jauhnya. "Cita-cita saya, ingin mati syahid di jalan Allah dan itu semoga Alah berikan. Seperti Khalid sendiri meninggalnya di pembaringan padahal maunya di mendan perang. Istilahnya itu cita-cita. Yang kedua, saya ingin meninggal dalam kedaan puasa. Apakah Senin-Kamis atau pun pada ayyamul bidh. Meski prosesnya jatuh bangun, alhamdulilah dalam sebulan itu bisa sebelas hari puasa. Selain saya juga ingin kembali untuk bisa konsisten membaca Al Qur’an satu juz sehari, seperti yang terjadi beberapa tahun lalu."

Pengaruh orang yang sangat mencintainya begitu kuat. "Keperibadian Ustadz yang sang berbekas pada saya itu, beliau tidak pernah lepas wudhu. Alhamdulillah saya beberapa tahun ini saya selalu wudu, shalat dua rakaat. Saya tahu Ustadz melakukannya. Saya tidak pernah disuruh. Dia bercerita tentang Bilal yang selalu melakukan itu."

Lika-liku itu tentu punya tempatnya sendiri di relung kenangan masa lalu. Tapi yang pasti ia telah menempa sepotong jiwa untuk mendapatkan karunia hidayahnya. "Semua perjalanan panjang itu itu menanamkan kelembutan yang sangat pada diri saya. Padahal saya itu dulunya sadis. Kalau ngadu ayam dan kalah, ayam orang itu saya cekik dan banting. Sekarang saya nyakitin semut saja tidak mau," kata Nawawy menerawang.

Sentuhan cinta itu telah menampakkan buahnya. Meski jalan belum selesai, tapi setidaknya Nawawy telah merasakan betapa indahnya kasih sayang tulus seorang abang, ‘ayah’, dan saudaranya seiman: ustadz Rahmat Abdullah.**

Ahmad Zairofi AM & Azhar Suhaimi